Sidoarjo, NU’S Media
Mari sejenak menarik memori dari dalam kepala kita. Sejak duduk di bangku sekolah dasar maupun menengah, kita telah dijejali cerita-cerita betapa bengisnya para penjajah menyiksa pribumi. Beratus-ratus tahun harus hidup berdampingan dengan dentuman bom dan senjata. Sekadar keluar rumah saja begitu gusar. Begitu merinding mendengarnya. Perasaan takut saat menyimak cerita tersebut sontak saja berbalik menjadi rasa kagum ketika alur cerita sudah menyoal pada betapa gagahnya para pahlawan kita melawan penjajah.
Momen peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ini menjadi kabar gembira untuk ke sekian kalinya bagi rakyat Indonesia sejak 78 tahun lalu. Berbagai macam cara dilakukan demi memeriahkan momentum ini. Berbagai perlombaan dan hiburan pun menjadi sebuah tradisi yang tak pernah terlewatkan. Begitu meriahnya perayaan di seluruh penjuru negeri, namun apa yang sebetulnya mereka rayakan? sungguh momentum yang tak pernah pupus akan pemaknaan.
Di usia yang cukup matang untuk berpikir ini, sempat terpikirkan apakah para pahlawan kita dulu hanya mengantongi hasrat untuk bebas dari cengkeraman bangsa lain? Padahal jika mereka menyerahkan diri, mereka memiliki kesempatan hidup lebih lama dan merasa aman Soal jati diri, siapa yang peduli. Utamanya adalah hidup aman. Harusnya seperti itu, bukan?
Tengah memikirkan kerunyaman itu, tiba-tiba terputuslah alurnya menjadi takjub saat mengetahui bahwa para pendahulu kita bukan orang sembarangan. Indonesia saat itu punya diplomat handal, KH Agus Salim. Beliau menjadi tokoh yang begitu piawai mengutarakan ide serta mampu begitu cerdik menjebak lawan dari negara-negara lain dengan keluwesan bertuturnya pada masa itu. Indonesia juga memiliki intelektual yang religius dan patriotik, seperti Moh Hatta. Dengan kecerdasannya pula dapat meresahkan pemerintahan Belanda yang berkuasa. Indonesia juga memiliki Ir Soekarno yang dikenal sebagai orator ulung berlatar pendidikan religi dan akademik tinggi yang begitu disegani dunia. Serta masih ratusan bahkan ribuan orang-orang hebat di balik bebasnya bangsa ini sehingga dapat mengibarkan merah putih tanpa rasa cemas.
Orang-orang hebat tersebut tentu saja tidak bergerak hanya dengan mengantongi perasaan menggebu-gebu menjadi pemenang di akhir penjajahan itu. Dengan keilmuan tinggi dan pengalaman luas, landasan-landasan untuk merdeka itu terbesit ketika mereka telah tahu pasti apa makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Bagi mereka. Bagi bangsa. Bagi negeri.
Dirgahayu RI. Panjang umur perjuangan, panjang umur pertahanan.
Penulis: Zahiro