NU’S Media Sidoarjo
Sabtu (26/03/2022) Malam, Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Sidoarjo bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo menggelar pengajian bertajuk Majlis Taklim Pelajar Nahdliyin (Mata Pena) di Pendopo Delta Wibawa, Kabupaten Sidoarjo.
Majlis Taklim kali ini diikuti oleh sekitar 1300 kader-kader yang ada di seluruh Pimpinan Ranting (PR) serta Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) IPNU IPPNU di Sidoarjo. Antusiasme para pelajar NU di Sidoarjo tersebut diinisiasi oleh kehadiran Habib Husein Ja’far Al Hadar sebagai narasumber kegiatan Mata Pena. Di samping itu, ratusan kader juga turut hadir secara virtual melalui streaming live YouTube Pelajar NU Sidoarjo.
Meskipun hujan berlangsung sejak sore hari namun kegiatan terus berlangsung dan tidak menyurutkan semangat para pelajar untuk menghadiri majelis taklim tersebut. Hal ini mengundang keheranan bagi sang narasumber yaitu Habib Husein Ja’far Al-Hadar, “Suatu hal yang bikin saya kaget adalah saat ini malam Minggu, tetapi ribuan pemuda berkumpul di pendopo untuk mengaji. Ini kan sungguh tersesat,” ujarnya yang kemudian disambut tawa seluruh peserta. “Ini menunjukkan bagaimana kualitas asmara Anda, jangan-jangan kalian jomblo semua,” canda beliau.
Meski diiringi dengan tawa namun topik yang dibahas pada majelis tersebut sangat penting yakni terkait dengan generasi mengkhawatirkan. Generasi yang hidup di era disrupsi dan kemajuan teknologi yang semakin cepat sehingga jika tidak mampu mengikuti perkembangan dengan baik maka akan tertinggal. “Kita harus mampu menjadikan teknologi sebagai senjata jangan sampai menjadi budak teknologi. Berapa banyak kita lihat orang yang berkonflik dengan temannya gara-gara media sosial. Fenomena yang sering terjadi adalah banyak orang yang bersikap biasa saja di dunia nyata tapi bersikap mengesalkan jika berada di sosial media. Cara kita bermedia sosial ini perlu diperhatikan,” jelas Habib yang juga penulis buku Seni Merayu Tuhan tersebut.
Di samping itu beliau juga menjelaskan pentingnya kolaborasi dan kreativitas bagi anak muda. “Kreativitas perlu diasah agar mendapatkan perhatian publik. Selama ini santri jika membuat konten kerap kali membayangkan jika yang menonton hanya santri juga sehingga konten yang dibuat menggunakan bahasa yang tinggi atau ruwet yang sulit dipahami oleh masyarakat awam. Hal ini kemudian yang membuat konten-konten yang dibuat oleh santri kurang mendapat respon positif dari masyarakat luas,” jelas Habib Ja’far.
Penulis: Mif J
Editor: Maschan Yusuf