NU’S Media Sidoarjo
Perdamaian Perdamaian
Perdamaian Perdamaian
Banyak yang Suka Damai
tapi Perang Makin Ramai
Sedikit penggalan lirik dari lagu berjudul Perdamaian yang diperkenalkan pertama kali oleh grup musik Nasyida Ria pada tahun 1982 silam. Sekilas, lagu ini menggambarkan sifat manusia jaman dulu hingga saat ini. Kebanyakan manusia yang masih waras menginginkan hidup damai, tanpa konflik, masalah, ataupun perselisihan dengan manusia lain. Berusaha menjadi manusia baik di depan yang lainnya, berusaha menyenangkan hati manusia lain dengan tidak membuat satu sama lain tersinggung atau cuma sekadar menunjukkan sisi baik mereka.
Bermula dari satu keasingan yang dengan waktu menjadi bagian dalam diri, membuat kita terlalu akrab dengan diri sendiri dan membuat kita terasing dari sesama. Membuat kita lupa kodrat kita sebagai khalifah yang diturunkan di bumi, kekurangan mutlak kita sebagai manusia. Kita, manusia yang tidak bisa hidup di dunia ini tanpa salah atau membuat kesalahan, entah sengaja ataupun tidak. Bahkan Nabi sekalipun tidak luput dari makhluk bernama salah ini.
Mindset yang terbentuk oleh pengaruh dari sekitar membuat kita enggan untuk sekadar menegur atau mengingatkan manusia lainnya. Memang, ada beberapa yang masih peduli terhadap sesama. Namun tidak banyak yang melakukannya. Yang lebih buruknya lagi, tidak jarang juga yang enggan menegur atau mengingatkan kita. Tapi, membicarakan kesalahan atau keburukan dengan yang lainnya di belakang kita. Berusaha terlihat baik di depan kita, namun menjelekkan kita di belakang kita. Hingga berusaha saling menjatuhkan.
Apa kita terlalu sibuk dengan mimpi kita sendiri?
Hingga lupa dengan mimpi utama?
Mimpi yang diwariskan oleh para pendahulu kita. Terlalu sering membiarkan diri kita akrab dengan sikap acuh, membuat kita terbutakan dengan apa yang kita dengar, bahkan di rumah sendiri. Kita sering enggak sadar dengan warna yang terpancar menghiasinya. Ya, warna, kita tumbuh untuk mengenalnya. Untuk membedakan satu dari yang lainnya,
hingga akhirnya…
Kita terbiasa dengan warna yang kita pilih saja, terbuai oleh keindahannya.
Padahal dunia memancarkan begitu banyak warna, termasuk dalam tiap manusia. Dengan berbagai ekspresi dan karakter yang menyatu sebagai esensi dari kehidupan di bumi. Tanah yang sama menumbuhkan bunga yang berbeda, dalam rupa dan warna, dan setiap warna diciptakan dengan kualitasnya sendiri. Apalah arti pelangi? kalau terdiri hanya dari satu warna. Karena tiap warna ada untuk saling melengkapi. Jika kita lebih terbuka dan bersikap jujur dengan satu sama lain di rumah kita. Menerima dan berprasangka baik dengan yang lain. Supaya kita bisa keluar dari zona aman kita, tempat yang membuat kita buta. Akhirnya kita bisa menghilangkan perpecahan dan menciptakan kedamaian diri. Ya, seenggaknya kita bisa merasa damai dengan perasaan kita.
Inilah pengingat kita, untuk menerima dan mencintai dengan ikhlas tiap warna di rumah kita. Dengan hati maupun dalam aksi, akan warna-warna yang kian lestari.
Penulis: Anonim
Editor: Maschan Yusuf