Allah SWT menciptakan manusia dari setetes sari pati kehidupan di dalam rahim seorang ibu, zigot tumbuh menjadi embrio yang didalamnya mulai terbentuk organ-organ manusia seperti mata, hidung, sistem saraf pusat, tulang, dan jantung. Dalam kehidupan manusia jantung merupakan organ vital yang tidak bisa diremehkan kesehatannya sekecil apapun masalah yang ada di jantung akan menjadi masalah bagi tubuh manusia. Dengan jantung yang sehat, maka segala aktifitas yang dilakukan manusia akan berjalan normal teapi dengan jantung yang mempunyai masalah atau penyakit segala aktifitas akan terhambat sekecil apapun aktifitas itu.
Jantung merupakan organ vital paling penting peranannya dalam kehidupan manusia yakni untuk mengalirkan dan memompa darah ke seluruh organ tubuh yang membawa nutrisi untuk menjadi energi bagi tubuh, apabila jantung berhenti berdetak maka berhenti pula aliran nutrisi untuk organ organ tubuh yang mengakibatkan kerusakan bagi organ yang berujung kematian dengan begitu selesailah tugas seorang manusia untuk menghamba di dunia. Sehingga jika diibaratkan organisasi adalah tubuh manusia maka yang paling tepat menggambarkan peranan jantung adalah kaderisasi. Karena setelah struktur organisasi inti dibentuk maka yang pertama kali harus dilakukan adalah mengajak atau merekrut anggota yang nantinya dialirkan atau distribusikan kedalam organ-organ di dalam organisasi yang biasa disebut departemen atau sekbid untuk membuat program yang sesuai. Lalu dididik untuk menjadi tulang punggung yang menegakkan visi misi organisasi, menjadi kader yang militan dan totalitas untuk kepentingan organisasi tersebut agar tujuan dari sebuah organisasi dapat tercapai dengan maksimal. Jika kaderisasi terhambat, mempunyai masalah, apalagi sampai mati proses kaderisasinya maka akan berimbas juga pada organisasi tersebut. Contohnya seperti tidak adanya program kerja yang jelas yang sesuai dengan kebutuhan, lalu disusul tidak mempunyai atau menjalankan program organisasi dan tidak ada yang mau menjadi partisipan untuk mengikuti program. Sampai berujung tidak adanya penerus perjuangan yang termaktub dalam cita cita organisasi tersebut yang berarti matinya organisasi.
Dalam hal ini IPNU IPPNU sebagai banom termuda di Nahdlatul Ulama’ yang mempunyai tanggung jawab atas pengkaderan paling awal sebagai gerbang pertama memahami cita-ciita para ulama’ dan meneruskan estafet perjuangan para ulama dan para kiai maka sudah seharusnya kaderisasi yang ada di IPNU IPPNU ini haruslah sangat sehat dan mumpuni. Kader kader IPNU IPPNU harus benar dan sesuai dalam memahami bagaimana cara untuk menyehatkan proses kaderisasi secara menyeluruh agar nantinya IPNU IPPNU tumbuh subur sebagai organisasi yang menjadi penerus perjuangan organisasi Nahdlatul ulama’.
Sebagai kader IPNU IPPNU yang mempunyai tanggung jawab atas hidup matinya organisasi harus benar benar-benar menjalankan proses kaderisasi secara menyeluruh, dengan begitu langkah langkah untuk menghidupkan kaderisasi bisa sesuai tidak sampai terlewat satu prosespun yang nantinya bisa menggagalkan detakan kaderisasi tersebut. Lalu apa saja proses kaderisasi didalam IPNU IPPNU? Apakah hanya makesta, lakmud, lakut dan latin latpel saja? Jawabanya tentu tidak, makesta, lakmud, lakut dan latin latpel hanyalah proses pendidikan kader di dalam IPNU IPPNU atau proses lanjutan setelah proses perekrutan dijalani, proses kaderisasi secara runtut adalah:
1. Rekrutmen calon anggota
2. Pendidikan kader
3. Pengembangan atau perawatan kader
4. Distribusi kader
Keempat hal ini yang tidak banyak dipahami oleh pengkader atau yang lebih tepat tidak dipahami oleh wakil ketua bidang kaderisasi di tingkatan PAC atau PC. Apabila keempat proses ini diimplementasikan maka bisa dijadikan tolak ukur untuk menentukan kaderisasi disebuah organisasi itu sehat.
Bagaimana cara awal calon anggota itu direkrut lalu setelah terkumpul bagaimana pendidikan yang diberikan oleh pengkader apakah anggota telah dididik dengan moral dan wawasan tentang organisasi, bagaimana perawatan atau pengembangannya apakah sudah sesuai dengan kebutuhan minat bakat kader, jika sampai proses ini sudah sesuai dikelola dengan baik oleh pengkader dengan begitu proses selanjutnya bisa dilakukan, yaitu mendistribusikan kader sesuai dengan kemampuan kader tersebut.
Dari keterangan diatas juga harus dipahami kebutuhan proses kaderisasi manakah yang sesuai dengan kondisi yang ada di tingkat Pimpinan Ranting, Pimpinan Anak Cabang, atau Pimpinan Cabang tersebut apakah kondisi di lapangan masih ditahap perekrutan calon anggota atau sudah saatnya mendidik anggota agar menjadi kader yang militan atau mungkin kondisi kader sudah saatnya dikembangkan. Dengan begitu, departemen kaderisasi dan departemen yang lain tidak akan stagnan mengolah program yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sehingga akan mengalirkan detakan kader yang menghidupi organisasi.
Penulis : Yudit Agus Setiawan
Editor : Miftakhul Jannah